Kepada mu,
yang selalu terbangun pukul dua pagi.
Tahu betul sedang menantang seruak mesin-mesin tua yang melaju guruh, semakin berbisik pula helaan dan sirat masing-masing begitu dekatnya mengiringi cerita-cerita baru mu belakangan ini, meski sekian lama tak mendengarnya namun rasanya seperti tak banyak yang terlewatkan, karena kau masih dirimu yang dulu.
Tahu betul sedang menantang seruak mesin-mesin tua yang melaju guruh, semakin berbisik pula helaan dan sirat masing-masing begitu dekatnya mengiringi cerita-cerita baru mu belakangan ini, meski sekian lama tak mendengarnya namun rasanya seperti tak banyak yang terlewatkan, karena kau masih dirimu yang dulu.
Lucu, hingga sendiri pun entah bagaimana tak dapat mengendalikan setiap nada-nada celoteh. Bilanya terdiam sejenak meski tak kikuk, berulangkali ketika saling bersinggung demikian dekat... Dan ini tentang ketidaktahuan apa-apa ku.