Monday, March 30, 2015

Pengungkit

Pada satu garis, dua kawan beradu, terpelongo lalu pada lorong waktu. Betapa tidak geli tenggorokan sendiri, menjemputnya yang paling utama diaju, sejauh mana kan berlabuh. 

Dua kawan lainnya bersila, satu bertanya lugu tentang lorong yang sama, ditertawakan tipis tapi terpingkal-pingkal, namun ia dapatkan bayangannya, dapatkah menuju satu-satunya saja.

Dua kawan yang lainnya bertemu. Satu jujur,
satunya geleng-geleng kepala saja.

Sunday, March 29, 2015

tanya kenapa

Apa benar setiap orang pada akhirnya akan berubah dibawa waktu? Mungkin kita pikir orang lain saja yang berubah padahal diri ini pun kadang tak menyadari demikian apa-apa yang terjadi padanya. Ya, ada yang suka ada pula yang tidak.
Yang suka membawanya mengerti akan hal lalu yang ternyata begitu sederhana disudahi.
Bagi yang tidak, membawanya merasa setiap keadaan menjadi begitu rumitnya.
Tepuk dada tanya diri. Hikmah apa yang telah kita dapatkan?

Tuesday, March 10, 2015

kenapa ya

Saat memulai pembicaraan yang kita tahu sendiri tak akan pernah habisnya. Dan pula tahu lelah diceritakan berulang-ulang kali, mengharap maklum agar dianggap ini manusiawi...

Kadang ia yang paling diam memang benar-benar ingin mendengarkan saja. Kadang ia yang memilih diam karena belum tahu rangkai ungkapan baik mana yang bisa disampaikan. Kadang ia yang tetap diam karena memang tak ingin melibatkan yang lain terhadap apa yang mengganggunya.

Dan pula dari dulu pun ia memang terbiasa diam.

Ia yang dianggap selalu diam, tak bermaksud untuk menyembunyikan apa-apa yang lain sangkai.

Bukan. 
bukan menyalahi karena memang mungkin yang disini yang salah memaham dan dipahami.
bukan pula menyalahi karena memang mungkin yang disini yang salah mengira dan dikirai.

Thursday, January 15, 2015

Rebirth

Seperti mendapatkan undangan yang sama,
yang katanya tak semua orang diajak,
sekalipun cukup jauh merupa, 
hanya sering ikut ke bilik mereka,
lalu meracau,
nyatanya diri masih kacau,
tapi disenggolnya bahu ternyata masih berwaktu,
padahal kadang mendengar kadang menuli kadang tersedu sedu,
meski baru tahu di malu,
meski baru mempunyai kepala dari batu,
meski baru keras berpikir beribu-ribu,
ditepuknya nanar di lengan,
berjalan ke menara fitrah memang tak bisa seorang diri

Saturday, September 27, 2014

sangkal

Tidak apa bukan, saya berbicara seperti ini kepadamu kasih yang bukan dari kandungnya?
Jangan pernah engkau menganggap bara atas apa yang telah terucap darinya, tak usah kau lara dan luka. Jelita nan selalu berada didekatnya bahkan suka menangis setiap malam, tetapi angin pun tahu setelah itu direngkuhnya sayang dan dibelikan makanan. 
Kepadamu, dia hanya seorang penduga yang mengira benar-benar telah terlupa...